Langsung ke konten utama

First Time : PGN Innovation Camp 2016

Minggu 22 Mei 2016, hari itu merupakan hal yang baru untukku. Pergi keluar kota tanpa ditemani oleh keluargaku hanya ada dua orang senior yang menemani ku disini, di bandara Juanda yang berada di tengah kota Surabaya. Surabaya kota pahlawan yang padat penduduknya tak heran kalau kota ini begitu ramai.  Saya bersama seniorku yang bernama Alan Firdaus dan Adriana Palullungan berada di kota Surabaya bukan untuk jalan-jalan semata melainkan mengikuti PGN Innovation Camp 2016 di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Disinilah awal cerita dimulai, setelah menunggu beberapa lama akhirnya kami bertemu dengan orang-orang asing dari berbagai Universitas sebelumnya saya ingin memperkenalkan mereka terlebih dahulu,kak Ivana Ceria Saragih dan kak Siti merupakan mahasiswi yang berasal dari Universitas Palangka Raya, Mursidin mahasiswa yang berasal dari Universitas Hasanuddin, Kak Ken, Kak Roy, Kak Rifan,Kak Melati, Kak Ratih dan Fanny merupakan mahasiswa yang berasal dari Universitas Nusa Cendana dan yang terakhir sebut saja namanya mas Rahmat peraih award NKCS 2016 sebagai orang tercinta yang berasal dari ITS, ya hanya mas rahmat yang berasal dari dalam pulau Jawa.
Sebelum melakukan perjalanan ke Yogyakarta kami singgah terlebih dahulu di sebuah sekret sederhana milik Paguyuban KSE ITS, seperti biasanya kami orang timur nggak seru kalau nggak ribut, kami jalan bergerombol layaknya gangster melewati gang kecil yang sekitar 3 meteran lebarnya, suara koper yang ditarik mirip seperti suara kereta yang sedang berjalan. Di dalam sekret kami saling berbagi pengalaman dan kak Melati yang menjadi moderator dalam perbincangan kami. Kak Melati merupakan wanita berparas manis yang berasal dari Fakultas Bahasa dan Satra UNDANA, ia pandai berbicara dan suka melawak. Di dalam sekret kami membahas tentang perbedaan bahasa, apa saja yang ada di Universitas kami, dan masih banyak lagi.

Adzan zuhur telah berkumandang pertanda waktu sholat telah tiba, saatnya kami yang beragama islam singgah ke masjid untuk melaksanakan kewajiban.Saya, kak Siti serta Murshidin berjalan kaki menuju sebuah masjid yang tak jauh lokasinya dengan sekret ITS. Sebelum melaksanakan sholat kami mengambil air wudhu terlebih dahulu,  kak Siti dan saya merasa bingung bagaimana mengambil air wudhu di masjid ini. Tempat wudhu di masjid ini harus melangkah besar-besar, kerena lantai untuk ketempat wudhu terendam air, kak siti yang tak sadar bahwa di lantai itu ada air yang tergenang ia injak, kaki kak Siti pun tenggelam seketika dan sendal pinjaman pun ikut basah kuyup. Mungkin hal ini belum diketahui oleh pemilik sendal. Hayoo sendal siapa ya , yang dipakai kak Siti.
Waktu telah menunjukan 01.45 pm sudah saatnya kami harus bersiap-siap menuju stastiun kereta Gubeg. Sebelum menuju Stasiun Gubeg kami harus naik angkot terlebih dahulu, di dalam angkot kami di bagi menjadi dua grup, grup pertama hanya ada dua wanita di dalamnya dan grup kedua hanya ada dua pria di dalamnya. Angkot yang kami naiki melaju layaknya film Fast and Furious  dan Speed Racer. Tidak ada yang boleh menghalangi angkot kami pokoknya lambung kiri lambung kanan lah, yang awalnya perjalanan kira-kira memakan waktu 10 menit berubah menjadi 5 menit. Tiba-tiba mobil mendadak berhenti, OMG jantungku hampir copot dan kami hampir saja melaksanakan kedukaan massal, angkot kami hampir disambar mobil karena melanggar lampu merah. Tinggal 7 menit lagi kereta udah jalan dan pergi meninggalkan kami, macet yang panjang memakan waktu yang lama untuk sampai ke stasiun. Alhamdulilah akhirnya kami sampai di stasiun berkat pak Supir yang kebut-kebutan , terima kasih pak supirrrr. Tapi hal ini belum menjadi ujung cerita dari perjuangan kami, kami turun gak bisa langsung istirahat loh, melainkan harus ngebut dengan kaki untuk masuk ke gerbong kereta. Sambil membawa tas dan koper yang begitu berat kami terus berlari tanpa henti menuju kereta.
“ Kak Adrianaaaaaa, tunggu saya!!.” Teriak ku dangan sangat kuat.
“Cepat-cepat Aisyah”. Jawab kak Adriana.
Saya berfikir saya adalah orang terakhir yang berlari di stasiun, ketika saya menoleh kebelakang ternyata masih ada pasukan di belakang ku  dan saya mulai memelankan langkah kaki ku. Namun terdengar teriakan lagi dari ujung sana.
“Cepaaaaaat, naik gerbong ini.” Mas Rahmat berteriak layaknya tentara.
Jika dihayalkan adegan kami yang berikut ini seperti adegan film 5 cm. Kami pun beranjak naik ke gerbong 6 sedangkan tempat duduk kami berada di gerbong 1, ya itu  satu-satunya cara agar kami tidak ketinggalan kereta. Saya dan kak Melati bernafas tersengal-sengal memikul barang yang berat sambil berjalan menyusuri gerbong kereta yang sempit ini. Kereta pun mulai bergerak, kami masih menyusuri gerbong 6, saya dan kak Melati pun berhenti sejenak namun orang dibelakang kami berdua masih saja berteriak jalan-jalan, mau nggak mau ya kami tetap jalan. Saat akan berpindah kegerbong yang satu ketakutan muncul dalam diri pengait antar gerbong terlihat bergoyang, saya takut kalau benda itu lepas ini akibat keseringan nonton film final destination. Tapi tetaplah saya memberanikan diri, dan membuka pintu gerbong namun ada kendala lain, pintu gerbong kereta tersebut tak mau terbuka, ternyata pintu gerbongnya bukan didorong kedepan tetapi digeser kekanan. Disinilah kelihatan orang udik yang baru pertama kali naik kereta.
Akhirnya kami bisa beristirahat setelah menyusuri beberapa gerbong kereta, kami duduk di kursi yang berwarna biru nan sederhana ini. Perjalanan masih cukup jauh, tiba-tiba gerbong kami mengalami pemadaman listrik. Cobaan apakah ini. Tubuh terasa panas , keringat yang baunya campur aduk mulai membasahi tubuh seluruh penumpang gerbong 1. Setelah beberapa lama listrik kereta pun kembali normal, puji syukur AC kereta kembali nyala. keringat sudah bisa diminimalisir dengan udara yang begitu sejuk.

Sesampainya di stasiun Lempuyangan D.I. Yogyakarta, saya dan kak Adriana baru sadar ternyata selama dikereta ada rombongan ITS  yang lainnya, kirain mereka penumpang biasa tenyata temen-temennya mas Rahmat tooo. Tetesan air menyambut kami di stasiun Lempuyangan pertanda rahmat tuhan memberkahi kami, sebelum keluar kami menyempatkan diri berfoto bersama dan melawati beberapa jepretan, tiba-tiba dari arah kanan terlihat seorang petugas stasiun yang tak diundang menganggu suasana, kami dihimbau agar berpindah tempat karena akan ada kereta lagi yang lewat di tempat kami berdiri.Hujan pun semakin deras membasahi tanah Yogyakarta, kami anak timur tetap semangat menghadapi cobaan ini.
“Pantang Mundur Itu Tekad Kami”.
Taksi telah siap dipesan kami pun para rombongan bergegas menuju TKP, di dalam Taksi terlihat mas Aswin yang memiliki tubuh jangkung, dengan sabarnya ia duduk di belakang mobil sambil menekuk rapat lututnya kebadan, sembari menemani himpitan barang-barang besar milik rombongan. Bukan hanya mas Aswin kami yang berada di dalam mobil juga duduk berdesak-desakan, menjadi wanita kemayu yang duduk dengan kaki dipangku kepaha. Di dalam taksi kak Ken menang banyak loh, karena hanya dia pria yang berada di dalam mobil.Kak Ken duduk di bangku ke dua, di deretannya hanya ada 3 orang wanita, dan di bangku depan hanya ada pak supir dan kak Ivani. Kalau baca cerita ini jangan masukin kehati, cuman bercanda aja kok kak Ken.
Akhirnya sampai juga di TKP, di sebuaah hotel minimalis yang terletak diwilayah Sleman, Yogyakarta.Tak sanggup kami menelan pil pahit ini, karena ekspektasi yang tak sesuai dengan realita. Saya dan kak Siti sudah berharap sesampainya di TKP bisa beristirahat, tapi apa? kami harus angkat koper kekamar dan hanya diberi waktu 5 menit untuk kembali ke aula. Di Aula kami melakukan gladi resik dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars KSE , dan Mars PGN. Saat kami melakukan geladi resik, saya  dan kak Siti  masih merasa berada di dalam kereta.
“Kak Siti nggak rasa aneh”. Tanyaku kepadanya.
“Aku ngerasa melayang-lanyang Aisyah.” Ucap Kak Siti sambil mengecilkan matanya.
Kami berdua merasa masih berada di dalam kereta, sekali lagi mungkin karena kami orang udik yang pertama kali naik kereta, jadi tubuh kami nggak biasa. Saat istirahat pun kepalaku masih terasa pusing, Nasi Padang yang rasanya enak jadi nggak mood untuk dimakan terpaksa nggak dimakan mubazir dehh. Gladi resik masih belum selesai kami masih terus menerus bernyanyi dan bernyanyi walau mata udah nggak mampu dan otak mulai lemot untuk mencerna kata-demi kata .
Waktu yang ditunggu-tunggu pun telah tiba saatnya beristirahat, akan tetapi kami sudah harus bersiap-siap pukul 04.45 pagi dan kami sudah harus hafal mars PGN. Di dalam kamar kami terdiri atas 6 orang gadis dari timur yaitu saya (aisyah), Siti,Ivania,Fanny,Adriana dan Ratih. Hanya kak melati yang terpisahakan, ia sekamar dengan gadis-gadis ITS dikarenakan ranjang yang tidak cukup.Untuk ranjang yang gede kami tidur berdesak-desakan satu ranjang di tiduri oleh 4 orang sedangkan 2 orang lagi tidur di single bed. Hari semakin gelap kami bersiap untuk tidur namun tidur kami tidak begitu nyenyak, sebentar-sebentar bangun ibarat lagunya mbah surip lah, “Bangun tidur, tidur lagi, bangun  lagi, tidur lagi, bangunnnnn tidur lagi . Pukul 03.45 pagi. Kami harus ngantri untuk mandi, kami mandi nggak bisa lama karena harus ngerti yang lain masih mau mandi, ya beginilah suasana camp mandi ala bebek makan juga ala bebek , semua serba cepat-cepat dan siap nggak siap harus siap.
Sambil mengenakan pantofel dan baju kebanggaan PGN serta celana ala kantoran, di saat matahari masih mengintip di ufuk timur, kami anak timur berjalan kaki menyusuri Kota Yogyakarta yang adem ayem.
 Sesampainya di Wisma, wow banyak banget peraturannya duduk harus tegak gak boleh bungkuk, nyilangin kakipun nggak boleh, serasa di PMJ lagi nih, sekian lama kami duduk siap dan merasakan kepegalan ini. Beberapa jam telah kami lewati, ternyata pelatih memberi informasi bahwa kami akan dibagikan kamar dan bertemu keluarga yang baru. Saya sangat penasaran dengan nama-nama keluarga baruku, eh,,,ehh... ternyata sekamar lagi dengan dua orang ini Kak Ratih dan Kak Adriana mungkin kami punya ikatan batin yang kuat jadi nggak bisa terpisahkan satu sama lain, disini kami menemukan anggota baru yang bernama Ferlana berasal dari UNDIP dan Alfaena dari IPB. Disini ada cerita baru lagi, kami mendapatkan hukuman karena mendapatkan tengkorak didalam keluarga kami. Pada malam hari kami di beri hukuman yaitu memikul barang teman-teman yang baru sampai di Yogyakarta ke Hotel Adila Syariah, kami diperintahkan untuk jalan cepat lagi nggak pakai lama.

Pengalaman terbaru lagi, saat kami dibagi kelompok untuk melakukan presentase didepan, namun kali ini saya terpisah dengan kak Ratih dan kak Adriana dikarenakan mereka perwakilan dari Paguyuban, sedangkan Alfaena mengikuti program TFI. Di kelompok ini saya dan Ferlana masuk kekelompok 4. Kami dari kelompok 4 memperoleh nilai terendah saat presentasi, dan siap menerima hukuman. Pukul 10 malam – pukul 12.00 kami harus melaksanakan kegiatan yang bernilai positive. Sedangkan kelompok yang lain diperbolehkan untuk tidur di kamar masing-masing. Kami pun siap melaksanakan kegiatan ini, kami menyusuri jalan di malam hari kami melaksanakannya dengan memungut sampah, menyapu area rumah makan serta beberapa saat kemudian kami melakukan pekerjaan di sebuah rumah makan padang menjadi buruh pengupas bawang, petik cabe dan macam-macam lah yang kami lakukan di rumah makan tersebut, alhamdulilah kami memperoleh bonus 5 gelas es teh gratis dari mas pemilik warungnya.



 Untuk mengurangi rasa jenuh saat berkerja, kami bercakap-cakap ditambahkan sedikit candaan dari mbak Yuli yang membuat suasana semakin ramai, teman-teman bercakap-cakap mayoritas menggunakan bahasa jawa, saya sendiri ngerti artinya tapi sulit untuk ngucapinnya. Namanya juga cuman keturunan orang jawa bukan asli orang jawa.  Nggak kerasa 30 menit lagi udah jam 12, kami masih asyik ngupasin bawang merah. Sampai-sampai pelatih Abadi Barus ketiduran di meja makan karena nungguin kami, dan mas pemilik rumah makan sudah nanyain kapan selesainya soalnya warungnya udah mau tutup, kami  masih bertahan dan berkata “dikit lagi mas jam 12.00 baru kami boleh pulang”. karena kami warung yang udah jamnya tutup jadi ikut-ikutan begadang.


Keesokan harinya kami melaksanakan positive fighter di pagi hari yang cerah. Saya, Ferlana dan Febri menjajakan Aqua gelas dengan harga 5000 dapat dua keberbagai tempat. Alhamdulilah kami mendapatkan rezeki yang halal, di jalan kami bertemu dengan anggota lain yaitu Yayas dan Andini. Yayas berinisiatif untuk singgah kekantor partai golkar Yogyakarta,syukur alhamdulilah lagi-lagi kami memperoleh teh gratis dan uang sebanyak 200 ribu dan 50 ribu sebagai uang saku untuk makan.  Kami melanjutkan perjalanan untuk mencapai titik nol yang terletak di Malioboro Yogyakarta. Sebelumnya kami singgah di sebuah warung sederhana untuk mengisi perut yang keroncongan, kami membeli 2 piring nasi berserta lauk pauknya dan menyantapnya secara bersama-sama.  Perjalanan masih begitu jauh, kami tetap berusaha untuk mencari uang dengan menyinggahi beberapa kantor. Saat kami sampai di malioboro banyak sekali jajanan yang ingin saya beli namun sayang sekali kami kesini nggak bawa uang sepersen pun.

Di titik nol kami semua telah berkumpul mulai dari kelompok 1-4 dan kelompok paguyuban, kami mengumumkan penghasilan masing-masing kelompok dan mengumpulkannya, dana yang kami kumpulkan akan digunakan untuk mengaplikasikan program TFI dan SE di daerah Ambarukmo. Kami menunjukan semangat kami masih membara dengan suara lantang kami menyanyikan Mars Karya Salemba Empat dan Mars PGN di titik nol Malioboro Yogyakarta. Kami penerima beasiswa Karya Salemba Empat dan PGN sangat heboh di lokasi tersebut mirip suporter bola Bonex dan Arema. Hari sudah mulai malam kami pun pulang menuju hotel, kali ini tidak berjalan kaki lagi melainkan menggunakan transportasi akan tetapi kami hanya diberi uang sebesar 100 ribu rupiah. Kami memilih menaiki Trans Yogya karena transportasi tersebut cukup nyaman dan murah.

Jum’at 27 Mei 2016 merupakan hari terakhir kegiatan PGN Innovation Camp 2016. Saat nya kami bersedih karena teman kami dari kamar 310 Ferlana harus kembali ke Semarang. Dan lagi-lagi kami mengalami perubahan kamar, dan kali ini kami tidak terpisahkan. Saya, Kak Adriana, Kak Ratih dan Alfaena masih tetap di kamar yang sama yaitu kamar 310, saat pembukaan NKCS jujur mata saya ngatuk berat sempat ketiduran namun saya kaget saat pak Dadit langsung nunjuk ke saya, “apa Visi UNTAD?”. Mata saya yang awalnya tertutup langsung melek. karena PGN Innovation Camp dan NKCS minyak kayu putih habis bukan untuk ngolesin perut tapi untuk ngoles sudut mata. Entah ngolesin minyak kayu putih kesudut mata itu ajaran dari mana namun hal ini mulai saya lakukan semenjak ORMIK.

            Minggu, 29 Mei 2016 sudah saatnya kami mengucapkan salam perpisahan awalnya ingin cepat pulang namun pada saat hari terakhir saya merasa berat untuk meninggal kan kegiatan ini. Disini puncak cerita dimulai, sebelum menuju Surabaya kami singgah terlebih dahulu ke Universitas yang terkenal di Yogyakarta yaitu Universitas Gadjah Mada, sebelumnya kami pasukan timur mendapat anggota baru yaitu Rico, dan Prestisila dari Universitas Samratulangi, Jenn dan Bella dari Universitas Patimura dan Pak Jokowi /mas Selastrio dari Universitas Hasanuddin.  Di UGM kami di ajak pelatih Abadi Barus untuk kepasar yang terletak dibelakang UGM disana kami ingin berbelanja souvenir, saya dan Fanny jarang tertuju pada souvenir tetapi kulinernya, saya mencoba merasakan somay bakar , rasanya mirip dengan bakso gojek yang ada dikampung bapakku (Klaten), hanya beda di kata saja. Disini saya nyesel nggak beli Souvenir karena sebelumnya saya pikir bakal jalan-jalan ke Malioboro,  ternyata prediksiku salah kami melanjutkan perjalanan ke Parangtritis, dan kami salah lokasi jadi harus kembali ke bus untuk melakukan perjalanan ke Parang kusumo, disini kami menemukan sebuah komunitas GarduAction  yang begitu peduli terhadap lingkungan menurut narasumber awalnya pantai Parangkusumo memiliki masalah sampah, mulai dari sampah medis dan non medis berada dipantai Parangkusumo, namun berkat tangan-tangan kreatif serta kepedulian dari para volunter di komunitas GraduAction masalah sampah sudah teratasi, terlihat beberapa botol bekas dikreasikan menjadi sebuah patung, lampion serta pot , komunitas GarduAction juga melakukan penanaman di pasir pantai Parangkusumo.
            Kembali ke stasiun kereta Lempuyangan kali ini kami bergerak menaiki kereta dengan suasana santai, namun kami tidak dipertemukan dalam satu gerbong lagi melainkan di gerbong yang berbeda...sedihnya. Di dalam gerbong saya mendengarkan cerita seorang ibu dan dua orang bapak-bapak yang sebelumnya melaksanakan hajatan keluarganya di Jakarta ia akan kembali menuju Klaten, Jawa Tengah. Si bapak bercerita tentang bagaimana kondisi Indonesia saat ini, bapak tersebut hanya tamatan SMA namun pengetahuannya terhadap Indonesia melampaui kemampuan Mahasiswa. Ibu yang berada di dalam kereta juga menceritakan tentang anaknya yang memperoleh predikat Cum Laude dan sekarang tinggal di Jakarta. Ini menjadi Motivasi untuk saya untuk menjadi mahasiswa berprestasi dan berwawasan luas.
@@@@@@@@@@@@@@
            Sekitar pukul 07.00 pagi, kami pergi mengunjungi kampus ITS dengan gembira kami mengabadikan moment di halaman kampus ITS, di sana terdapat bangunan yang menghasilkan suara gema lohh. Teman – teman wajib mencobanya saat berkunjung ke ITS. Saking asyiknya kami sampai lupa waktu.
“ Cepat-cepat, kalau lambat bukan salahku loh.” Ucap Mas Rahmat menyuruh kami segera menuju ke Angkot.
Namun kami tidak menggubrisnya, kami tetap saja berfoto di halaman kampus.  Saat naik di dalam angkot perasaan tak tenang mulai terlihat dari penumpang pesawat, yang berangkat pukul 09.00 pagi. Cara kami makan bubur di dalam angkot juga gak tenang amburadul kuah bubur pun tumpah-tumpah, Kak adriana pun mulai pasrah ia terus melihat ke arah jam tangannya karena waktu tinggal 20 menit lagi pesawat sudah mau berangkat. Sampai di bandara kami berlarian dan ternyata kami ketinggalan, petugas bandara mengarahkan kami ke loket LION AIR dan hasilnya pun sama, kak Adriana menangis di bandara layaknya anak kecil.
“Dri jangan nangis dong Dri, nanti aku ikutan  nangis.” Ucap Mas Rahmat sambil nenangin kak Adriana. Kalau dibayangin mereka berdua mirip pemeran FTV gitu... hehe. Ternyata bukan hanya anak UNTAD yang ketinggalan , UNHAS dan UNPATI juga ikut ketinggalan pesawat.  Semuanya bingung, ujian praktek udah mau dimulai tapi saya belum nyampe Palu. Mas Rahmat pun juga bingung, dan merasa bersalah, padahal sebenarnya kami yang salah. Sebelumnya di kampus ITS udah diingetin masih aja foto-foto, saya berusaha mencari maskapai yang berangkat pada tanggal 30 Mei ke kota Palu ternyata semua maskapai yang jadwal penerbangannya ke kota Palu penuh. Kemudian saya mencari maskapai yang berangkat pada tanggal 31 Mei 2016, tiket tersedia namun ada kendala lain uang kami tidak cukup untuk membeli tiket. Akhirnya ada inisiatif dari teman-teman untuk melakukan positive fighter di grup LINE, dan teman-teman yang tergabung dalam grup Line memberi Respon yang cukup baik tak lupa juga anak-anak dari UNDANA yang masih memiliki sisa uang juga turut menyumbangkan secara suka rela kepada kami, dalam waktu 4 jam kami berhasil mengumpulkan uang sebanyak 7 juta lebih, luar biasakan. Dibandara kami bertemu dengan seorang ibu yang baik hati bernama ibu Ana yang memberi informasi kepada kami tentang beasiswa S2 di New Zealand dan ia juga berbagi pengalaman dengan kami seputar kehidupannya.
            Setelah beberapa lama bersatu kami mulai berpisah satu persatu mas Rahmat balik ke sekret ITS, Mursidin dan Mas Trio berangkat ke Makassar, Jen dan Bella juga berangkat ke Maluku. Malam yang begitu dingin di dalam bandara Juanda kami lewati. Di bandara Juanda banyak orang-orang memiliki nasib serupa dengan kami, ada yang nangis minta tolong sama petugas, ada yang ngamuk, dan ada yang menghakimi maskapai karena ketinggalan pesawat. Jam tangan Kak Adriana menunjukan pukul 10.20, suasana bandara Juanda semakin sepi hanya ada Saya, Kak adriana, dan petugas bandara.
            “Kamu sakit, Aisyah”. Tanya kak Adriana kepadaku.
            “ Tidak, kak dingin sekali saya rasa”. Sambil menggigil kedinginan.
Malam hari bandara juanda serasa seperti salju ,bayangkan udara dingin menyelimuti tubuh kami selama 14 Jam., walaupun sudah mengenakan jaket dinginnya tetap tembus merasuki badan kami, kaos kakipun saya isi dengan tisu karena nggak tahan dengan dinginnya. Kak Adriana pun juga melapisi badannya dengan sarung bali, tak lama kemudian kak Adriana melihat teman kampusnya di bandara ia pun memanggilnya dan mereka saling menceritakan mengapa kami bisa berada disini. Ternyata teman kak Adriana berada di sini karena pesawat yang delay sehingga ia harus menginap di Surabaya. Alhamdulilah Rezeki anak sholeh , kami menginap di hotel bersama teman kampus kak Adriana. Tidur nyenyak di ranjang empuk, mandi air hangat , kalau cherry belle bilangnya “ISTIMEWA” . Paginya kami berdua dikirain penumpang pesawat yang delay, alhamdulilah rezeki lagi dapat nasi goreng gratis yang lezat. Di dalam bandara ketemu seorang ibu yang mau berangkat ke Pontianak, eh dapat makanan lagi walaupun hanya kuaci yang penting bisa ngisi perut, dan dapat anggur dari anak Donggala yang mau sekolah di Surabaya.  Tiba-tiba ada kabar dari mas Rahmat kalau sekretnya lagi dilanda musibah, empat jam Surabaya diguyur hujan hal ini menyebabkan sekret ITS jadi kolam susu. Jadi turut prihatin lagi sama teman-teman di sekret ITS. Mohon maaf saat itu kami belum bisa bantuin yaaa...
walaupun cobaan datang satu persatu untuk anak dari timur, kami nggak boleh bersedih dengan semua ini , karena dibalik cobaan ada pengalaman, dibalik pengalaman ada cerita dan dibalik cerita ada hikmahnya,,,,,,,  

Alhamdulilah kami bisa sampai di kota Palu dengan selamat dan sesampainya di bandara Mutiara Sis-Aljufri kami kembali diguyur hujan.   
Mohon maaf bila dalam penulisan kurang baik, dan ada kesalahan, saya menerima kritikan dan saran asalkan tidak bertentangan dengan unsur SARA. Terima kasih,....



Cerita : Alami, Amati, Asah
“ (IVANDEVA)”

MARS KARYA SALEMBA EMPAT
Yayasan Karya Salemba Empat
Tempat Gemblengan Para Pemimpin
Mental Fisik Saat Ini Ditempa
Guna Berbakti Pada Nusa
Maju...Maju...Maju Pantang Mundur Heyy
Walau Badan Hancur Lebur
Sampai Di Medan Laga.. Medan Laga
Demi Membela
Negara Yang Pancasila
Adil Makmur Sentosa
Pantang Mundur Itu Tekad Kami
Gagah Berani Dan Rendah Hati
KSE Jaya Perkasa
Berjiwa Satria Sejati


Komentar