Langsung ke konten utama

BERDAMAI DENGAN HIDUP

Tangis tak dapat terbendung lagi, Aku berusaha menenangkan diri di tepi pantai. Hari ini ternyata benar, semesta tak berpihak padaku.
 “Maafkan aku Bu Pak , hari ini, aku akan pulang dengan tangan kosong, aku gagal ini bukan waktuku” Aku belum bisa memberanikan diri untuk pulang kerumah dengan wajah kesedihan, hanya pesan singkat dari gawai ini yang bisa mewakili perasaanku untuk orang orang di rumah.
 “Yang sabar nak, Pasti Allah akan berikan ganti yang terbaik” balas ayah melalui pesan singkat. 

Hampir seminggu aku terbelenggu rasa keputus asaan Tak ada hasrat untuk bangkit, berkumpul dengan kawan pun malas rasanya yang kuingat hanya butiran pil pahit yang kutelan kemarin, hingga ayah mulai khawatir Sampai kapan aku terus bersedih seperti ini... Apakah esok aku mulai bergerak, dan mampu mengejar ketertinggalanku. 


Ternyata tak semudah itu, semesta masih saja tak berpihak padaku, lagi - lagi aku gagal memilih kampus impian. 
“Yang Sabar” ucapan itu kudengar kembali dari para orang terdekatku aku kembali berfikir kegagalan yang datang berturut – turut mungkin karena tuhan sedang rindu, agar aku makin dekat padanya.

 Benar saja akhir-akhir ini aku semakin giat mendekatkan diri padanya, setiap malam aku berdoa untuk memudahkan segala jalanku. 
Lebih dari itu, Tuhan membuatku semakin kuat, kegagalan yang kualami hari ini terasa biasa saja. Tak ada tangis ataupun keputus asaan. Yang ada hanya kata “Hakuna Matata, mungkin ini belum waktunya. Tuhan akan menentukan waktu yang tepat”

 Hari ini kamu bisa menaklukannya, Ayo semangat, kamu pasti bisa ” Ucap kawan terdekatku sembari menebar senyuman kepadaku. yakin lah , nggak ada usaha yang bakal sia sia,, bersambung....

Komentar