Langsung ke konten utama

Komunitas Mosikola Memajukan Pendidikan di Daerah Terpencil

            Di saat Indonesia sudah merasakan kemerdekaan. Anak-anak di Indonesia sudah mulai merasakan apa itu arti pendidikan. Namun, pendidikan itu hanya dapat dirasakan sepenuhnya di daerah perkotaan. Di daerah terpencil ternyata belum sepenuhnya merasakan apa itu pendidikan.
Doc Yayasan Mosikola

 Terlihat beberapa pemuda dan pemudi dengan penuh semangat dan rasa ikhlas mengajar anak-anak di daerah terpencil ,layaknya seorang guru. Mereka adalah para volunters Komunitas Mosiklola. Volunters Komunitas Mosikola dinaungi oleh beberapa jenis profesi mulai dari Mahasiswa, Aktivis, Dosen dan sebagainya.
Doc Yayasan Mosikola

            Visi Komunitas Mosikola yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa/siswi untuk bisa melangkah ketahap selanjutnya dan tidak berhenti pada level dasar saja. Komunitas Mosikola merupakan lembaga independen dan tidak terikat dari mana saja sehingga sumber dana Komunitas Mosikola berasal dari sponsor,donatur,dan partisipasi teman-teman.
            Komunitas Mosikola baru saja memulai langkahnya tiga bulan yang lalu, walaupun masih seumur jagung komunitas ini sudah memberikan kontribusi pendidikan di wilayah terpencil. Buktinya beberapa minggu yang lalu tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2015, Komunitas Mosikola melakukan kunjungan perdananya di Sekolah Dasar Negeri 3 Amal,Desa Amal, Kecamatan Toaya ,Kabupaten Donggala.
Doc Yayasan Mosikola

            Kesulitan-kesulitan yang mereka lalui di isi dengan rasa bahagia tanpa keluh kesah. Beberapa hambatan yaitu siswa-siswi di SDN 3 Amal sulit menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, dan mayoritas penduduk disana hanya  lulus di bangku SD dan jarang bersekolah sehingga mereka tidak memiliki motivasi untuk bersekolah. Tetapi ada cara yang memudahkan untuk berkomunikasi antara satu sama lain seperti memperagakan dengan cara bermain dan itu bisa membuat siswa lebih atraktif lagi.
 Selain itu kesempatan Komunitas Mosikola mengajar hanya satu hari,  belum sampai ke pendampingan yang lebih dikarenakan kemampuan mengajar yang belum menunjang. Untuk saat ini siswa dibatasi hanya untuk bangku Sekolah Dasar karena sumber daya manusia masih sedikit.
Saat mereka mengajar Siswa yang hadir hanya  berjumlah 34 orang dari 60 orang, hal ini disebabkan karena di SDN 3 Amal , jika satu hari tidak bersekolah maka mereka  tidak bersekolah keesokan harinya dan siswa-siswi SDN 3 Amal harus di jemput oleh gurunya agar mau bersekolah.
Doc Yayasan Mosikola

Komunitas Mosikola Memiliki beberapa aktivitas antara lain aktivitas yang pertama sekolah sehat yang jenis kegiatannya CTPS (Cuci Tangan Pake Sabun), gunting kuku dan gosok gigi, aktivitas yang kedua sekolah berkreasi yang jenis kegiatannya membuat kerajinan dan berkreasi dengan alam, aktivitas yang ketiga sekolah motivasi jenis kegiatannya menstimulus semangat siswa untuk bersekolah dan menggapai cita-cita dan aktivitas yang ke empat Seragam Indonesiaku jenis kegiatannya pembagian seragam sekolah, pembagian buku, sepatu dan tas sekolah.
  Komunitas Mosikola dikoordinir oleh Ficky Antasabeferianto S.Sos yang beranggotakan pemuda - pemudi yang kuat yaitu Andi Syaefulah Kadekoh, Ulin Sasmita, Widya Castra, Nur Komariah, Mohammad Reynaldi Lasman, Samsul S,sos, Firdasari, Mirfath, Nur Agmi Faradiva, Teguh Purwanto, Zhikran, Reza, Mareta, Indah Novianti, dan Nur Fitriani Agusalim. Komunitas Musikola akan membuka perekrutan volunters yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 November.
Doc Yayasan Mosikola

Hasil testimoni volunters,  mereka merasa senang ketika bergabung dengan Komunitas Mosikola. Selain itu situs facebook Komunitas Mosikola (Mosikola) mendapat respon positif dari publik, banyak yang berkomentar positif dan menanyakan cara untuk dapat bergabung dengan komunitas ini.
Doc Yayasan Mosikola


Harapan Ficky untuk SDN 3 Amal agar mereka tidak putus sekolah mungkin pemerintah harus mendirikan sekolah satu atap untuk tingkat SMP karena disana hanya memiliki tiga gugus. Jika belum dibangun ditahun 2016 ini, maka ada kemungkinan adik-adik yang putus sekolah.

KELOMPOK KOMUNITAS
PIMPINAN REDAKSI : MUHAMMAD IKBAL (B501 14 091)

REPORTER: AISYAH ROKHIMAH (B 501 14 099)
RIFDA S. ALAYIDRUS (B 501 14 088)

EDITOR: EKA YUNITA SARI (B 501 14 052)
EDI SAPUTRO (B 501 14 087)

FOTOGRAFER : FUAD RAHMAN (B 501 14 102)
HANDRI SAPUTRA NENO (B 501 14 101)


           

            

Komentar